Salah satu komoditas hasil perkebunan andalan Lampung, yang merupakan potensi bisnis di Lampung adalah coklat (kakao) berhasil menyumbang devisa sebesar 149 juta dolar AS lebih selama tahun 2008. Devisa sebesar itu hasil ekspor coklat Lampung ke sejumlah negara seberat 63.720 ton.
Kakao merupakan satu dari sekitar 15 macam komoditi perkebunan di Provinsi Bengkulu, yang meski tidak sepopuler kopi dan karet, tapi cukup banyak masyarakat yang membudidayakan tanaman tersebut.
Sampai tahun 2008, komoditas coklat Lampung telah menembus pasar sejumlah negara seperti Singapura, Malaysia, dan Amerika Serikat. Sesuai data dari Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, produksi coklat di Provinsi ini terus meningkat, dari 20,88 ton di tahun 2004 menjadi 22,97 ton di tahun 2005.
Produksi di tahun 2006 mencapai 25,5 ton dengan rata-rata 0,59 ton per hektare. Pada tahun 2004 luas areal kebun kakao di Lampung mencapai 29.278 Ha, tahun 2005 naik menjadi 40.181 Ha, atau meningkat sampai 37,24 persen, dan terus naik lagi pada tahun 2008 dan 2009 ini.
Baca Juga : Potensi Pupuk Organik Untuk Tanaman Kakao
Tanaman kakao sebenarnya cukup potensial dikembangkan di Bengkulu. Kakao merupakan satu dari sekitar 15 macam komoditi perkebunan di Provinsi Bengkulu, yang meski tidak sepopuler kopi dan karet, tapi cukup banyak masyarakat yang membudidayakan tanaman tersebut.
Data dari Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, luasan perkebunan kakao di Provinsi Bengkulu 8.047 hektare (Ha), dengan produksi rata-rata pertahun 1.822,60 ton. Perkebunan kakao tersebut, tersebar di sembilan kabupaten/kota yakni Kabupaten Bengkulu Selatan 1.219 Ha dengan produksi 141,96 ton per tahun, Rejeng Lebong 378 Ha dengan produksi 227,85 ton per tahun.
Kemudian di Kabupaten Bengkulu Utara 2.609 Ha dengan produksi 621,39 ton per tahun, Kota Bengkulu 83 Ha dengan produksi 13,65 ton per tahun, di Kabupaten Seluma seluas 814 Ha dengan produksi rata-rata 362,75 ton per tahun.
Kakao juga dikembangkan di Kabupaten Mukomuko dengan luasan 43 Ha dan produksi 14,80 ton per tahun, di Kabupaten Kaur 1.989 Ha dengan produksi 410,23 ton per tahun, di Kabupaten Kepahiang 933 Ha dengan produksi 25,92 ton per tahun, dan di Kabupaten Lebong 39 Ha dengan produksi 4,05 ton per tahun.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, jumlah rumah tangga di daerah itu yang mengembangkan tanaman kakao mencapai 10.964 kepala rumah tangga (KK). Namun dari sembilan kabupaten/kota yang ada di provinsi tersebut, baru Kabupaten Kepahiang yang telah memiliki program untuk mengembangkan kakao secara bersar-besaran, yang lainnya masih terfokus pada karet dan kelapa sawit.
Masalah utama dalam usaha tani kakao di Lampung adalah pemasaran hasil kakao fermentasi karena hingga saat ini kakao fermentasi dihargai sama dengan harga produk kakao asalan (non-fermentasi).
Sedangkan untuk dapat menembus ekspor, kualitas kakao non-fermentasi dinilai berkualitas sangat rendah. Untuk itu perlu adanya pembinaan ditingkat petani untuk dapat memproduksi kakao fermentasi yang tentunya sesuai dengan standart eksport/pasar.
Menurut informasi Dinas Perkebunan Lampung, sebenarnya proses fermentasi bisa dilakukan oleh petani, asal pengusaha mau membeli dengan harga yang memadai. BPTP Lampung terus akan memperjuangkan petani untuk memasarkan produknya kepada pengusaha.
Hal ini tidak lain adalah agar petani dapat menikmati jerih payahnya dan pengusaha juga mendapatkan keuntungan. Intinya kedua belah pihak sama-sama bisa untung, karena selama ini pengusaha tidak membeli kakao dari petani karena kualitas rendah. SNI belum diterapkan secara benar, sehingga untuk keperluan lokal pengusaha lebih memanfaatkan kakao impor, khususnya dari Pantai Gading dan Ghana.
Seringkali produk lokal tidak disiplin dalam mutu (kadar air, tercampur kotoran, kontinyuitas produk). Petani harus betul-betul menyepakati kontrak, dan hal ini harus betul-betul dipahami oleh para petani kakao di Lampung.
Selain itu untuk masuk ke ekspor harus ada jaminan jumlah kontinyuitas pasokan (1 kontainer = 28 ton). Masalah harga berfluktuasi (tidak bisa ditetapkan sekarang), ditentukan oleh bursa kakao di London dan New York.
Nah, dengan ulasan tentang potensi bisnis di Lampung ini, Anda tertarik menjalankan usaha tani kakao? Jika ya, selamat… Anda telah memulai usaha yang cukup berprospek.
(sumber gambar artikel potensi bisnis di lampung : www.disbun.jabarprov.go.id)