Indonesia kaya akan sayuran. Siapapun yang tinggal di Indonesia pasti akan mengiyakan hal tersebut. Bahkan tidak hanya sayuran.
Pertanian dan perikanan adalah surganya komoditas di Indonesia. Terkhusus potensi komoditas ekspor untuk pertanian sayuran, Singapura adalah target yang potensial.
“Sayur Indonesia yang masuk Singapura baru sekitar empat persen dari potensi pasar di negara itu, makanya terpikir Kota Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut) bisa manfaatkan pasar negara tersebut,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, di Manado, Selasa.
Adanya direct flight (penerbangan langsung) dari Manado ke Singapura menjadi salah satu faktor penting dalam upaya menggalakkan ekspor lebih besar ke Singapura yang membutuhkan sayuran dalam jumlah besar.
Saat ini ada Silk Air, dan kemungkinan juga Lion Air akan buka dalam waktu dekat, untuk itu maka peluang ekspor terus digalakkan lebih di tahun-tahun mendatang.
Selain sayuran, ekspor komoditi bunga dan perikanan juga merupakan sebagai potensi komoditi ekspor yang menjanjikan dan sangat berpeluang ke negara tetangga tersebut, untuk itu komoditi harus terus supaya dikembangkan sehingga mampu memenuhi permintaan pasar.
Pangestu mengatakan, dalam tahun 2009 mendatang Depdag akan mengembangkan ekspor lebih fokus ke produknya, dalam upaya mengintensifkan pasar potensial masing-masing negara, sebagai salah satu cara menghadapi dampak krisis keuangan global.
Pada Tahun 2006 supply komoditas sayuran ke Singapura hanya 18 ton per minggu. Itu dapat dilakukan dalam 2-3 kali dalam satu minggu dan hanya memerlukan sekitar 4 hektar lahan sayur. Sedikitnya pangsa pasar Singapura, karena negara singa itu memasok sayur dari Malaysia.
Secara ekonomis, ujar Husnul, sayuran dari Malaysia lebih murah dan hemat. Perjalanan yang di tempuh dari Malaysia ke Singapura pun hanya memakan waktu 4 jam, sehingga sayuran lebih segar.
Selain itu, hubungan bilateral antara Malaysia dan Singapura pada masa sebelumnya kurang baik. Itu terjadi pada masa pemerintahan Mahathir. Setelah itu, hubungan keduanya membaik dan Singapura lebih memilih memasok sayuran dari Malaysia dengan pertimbangan ekonomi.
“Potensi pasar Singapura akan dioptimalkan dan akan dikoordinasikan ke pemerintah daerah setempat guna memanfaatkan peluang yang masih terbuka lebar tersebut.
Gubernur Sulut Sinyo H Sarundajang, mengatakan, Sulut selama ini menjadi pemasok sayuran ke Indonesia Timur dan sebagian lagi ke Kalimantan, ini sekaligus pertanda potensi sayuran Sulut mampu mencukupi pasar luar negeri.
Terlepas dari kondisi agribisnis Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangakan, kinerja riilnya ke arah industri lokal maupun untuk kegiatan ekspor, tidak seperti yang diharapkan. Permasalahan yang muncul dalam pengindustrian produk-produk segar (terutama sayur dan buah-buahan) secara garis besar tidak lepas dari empat elemen utama keberlanjutan bisnis, yaitu quality, cost, delivery dan flexibility (QCDF)
Sistem distribusi yang digunakan Singapura adalah dengan menyalurkan semua komoditi impor (diantaranya dari Amerika Serikat, Australia, RR Cina, Uni Eropa, Malaysia, Thailand dan Indonesia) melalui Port of Singapura, yang kemudian oleh importir lokal dijual di Pasir Panjang Wholesale Centre.
Dari pasar induk inilah semua komoditi di distribukan melalu distributor-distributor lokal ke pasar ritel, pasar basah, supermarket, hypermarket, hotel, restoran dan perusahaan jasa boga, untuk selanjutnya tiba di konsumen rumah tangga.
Jadi jangan anggap remeh komoditas sayuran. Walaupun terkesan sepele, potensi komoditas ekspor sayuran bisa menjadi besar jika dikelola secara serius dan profesional. Bagaimana pendapat Anda?
(sumber gambar artikel potensi komoditas ekspor : www.antarafoto.com)