Anda ingin tahu sebesar apa potensi pupuk organik khususnya untuk tanaman kakao? Silahkan simak artikel di bawah ini ternyata karena poteni bisnis pupuk organik sangat besar.
Karena selain pupuk anorganik yang berfungsi sebagai penyedia hara, tanaman kakao memerlukan pupuk organik.
Pupuk organik berfungsi utama sebagai bahan untuk memperbaiki atau mempertahankan sifat fisika dan biologi tanah, dan fungsi sampingan sebagai penyedia hara dalam jumlah relatif kecil.
Kebutuhan pupuk organik dihitung berdasarkan kadar karbon tanah, dan berdasarkan hasil analisis yang pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, sebagian besar tanah pertanaman kakao di Indonesia mempunyai status kandungan karbon sangat rendah sampai rendah.
Kisaran kebutuhan pupuk organik untuk tanaman kakao sebesar 10 sampai 30 ton/hektar/tahun. Dengan asumsi bahwa rata-rata tanaman kakao di Indonesia memerlukan pupuk organik 20 ton/ha/thn.
Dengan areal kakao di seluruh Indonesia 1.563.423 ha (Ditjenbun, 2007a); maka kebutuhan pupuk organik di seluruh Indonesia untuk kakao sebesar 32 ribu ton/tahun.
Dirjen Tanaman Deptan, Sutarto Alimoeso, ketika di Medan, Kamis lalu, mengakui, petani masih enggan menggunakan pupuk organik. Padahal, kata dia, alokasi pupuk organik itu dimaksudkan pemerintah untuk membantu petani yang masih kekurangan pupuk subsidi lainnya
“Tahun 2008 dari jatah pupuk organik Sumut sebesar 19.000 ton yang terealisasi 3.000 ton. Padahal pupuk organik itu sangat bagus untuk tanah dan tanaman itu sendiri,” kata Manajer Penjualan Pupuk Wilayah Sumut PT Petrokimia Gresik, Sudigdo, di Medan.
Penyuluh Kelompok Tani Mappatuo, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Kisman di Luwu, mengatakan, dengan menggunakan kompos biaya pemupukan lahan bisa menurun hingga 50 persen lebih rendah dibandingkan pemupukan dengan pupuk kimia. Atas dasar itu, permintaan kompos bisa sangat tinggi di masa depan.
Untuk memproduksi kompos, Baraman dan 35 temannya harus menerima pasokan bahan baku dari petani kakao lain, yakni kulit kakao. Kelompok tani Baraman menerima kulit kakao dari petani dengan memberikan uang lelang sebesar Rp 3.000 per karung (berkapasitas 50 kilogram).
Meskipun dihasilkan oleh petani dan digunakan oleh petani kakao lain, kompos masih menjanjikan sebagai sebuah peluang usaha karena tidak semua petani kakao yang rajin membuat kompos sendiri.
“Lama kelamaan pupuk kimia bisa saja ditinggalkan karena harga pupuk kimia, seperti urea, SP36, KCL, dan NPK sudah sangat tinggi,” ujar Kisman.
Harga jual kompos ditingkat petani mencapai Rp 500 per kilogram. Itu adalah harga promosi, sehingga lama kelamaan harganya bisa meningkat.
Untuk menghasilkan kompos 40 ton, kami harus mengeluarkan modal Rp 10 juta, tetapi dengan menjualnya pada harga Rp 500 per kilogram, kami masih mendapatkan Rp 20 juta, artinya penghasilannya adalah dua kali,” kata Baraman.
Agar biomasa yang ada (kulit buah, kayu pangkasan, gulma) dapat segera terdekomposisi dan melepas unsur hara untuk tanaman pokok, maka biomasa tersebut perlu dihancurkan dan dikomposkan.
Penghancuran/pencacahan dapat dilakukan dengan alat pencacah mobile, sehingga memudahkan pelaksanaan di kebun. Pengomposan sebaiknya dilakukan secara tersebar untuk memudahkan distribusinya ke tanaman.
Jenis penutup tanah yang sesuai untuk tanaman kopi-kakao adalah penutup tanah yang tidak membelit, mengingat jarak tanam kakao yang relatif sempit dan tajuknya yang dipertahankan pendek. Spesies yang telah teruji adalah Arachis pintoi, sejenis kacang tanah yang relatif toleran kondisi ternaung.
Penggunaan tanaman penutup tanah ini akan menyumbang unsur hara nitrogen, karena bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen dari udara. Fungsi lain tanaman penutup tanah adalah melindungi tanah dari tetesan air hujan dan erosi, sehingga membatasi kehilangan unsur hara ke luar kebun. Biomasa Arachis pintoi dapat mencapai 3,75 ton bobot kering/ha/tahun (Purba & Rahutomo, 2000; Evizal, 2003 cit. Baon & Pudjiono, 2006).
Mulsa melindungi tanah dari percikan air dan erosi yang dapat mengangkut unsur hara ke luar kebun. Di samping berfungsi sebagai pelindung dari kehilangan unsur hara, apabila sudah mengalami perombakan mulsa juga menyumbang penyediaan unsur hara ke tanah.
Mulsa dengan daun pisang kering dengan ketebalan 15 cm mensuplai 290 kg N/ha dan 318 kg K/ha, sedangkan mulsa rumput Panicum maximum mensuplai 410 kg N/ha dan 700 kg K/ha. Luar biasa kan? Nah, dengan potensi pupuk organik dan kompos untuk tanaman kakao.
Anda tertarik untuk mencoba menggelutinya? Kalau ya, jangan ragu. Peluang usaha pupuk organik datang tidak untuk yang kedua kalinya. Manfaatkan !!
(sumber gambar artikel potensi pupuk organik : www.ofthegridnews.com)