Siapa tidak kenal kemplang? Penganan kerupuk khas negeri Palembang ini memang tak pernah luput menjadi incaran ketika Anda bertandang ke kota Musi ini.
Dan dari ide inovasi dari kerupuk khas Palembang inilah kemudian muncul ide usaha home industri yang potensial.
Inilah yang direalisasikan oleh seorang pelaku usaha kerupuk Kemplang asal Palembang, Zulfa Kartika yang biasa disapa Ce Eva. Setelah bertahun-tahun berkecimpung dengan usaha kemplang konvensional yang berbahan baku ikan tenggiri.
Ce Eva melihat persaingan kerupuk di Palembang semakin ketat. Usaha yang digelutinya ini sudah berdiri sejak tahun 1990 dibawah binaan dari Badan Penelitian, Pengembangan, Inovasi Daerah (Balitbangnovda) Provinsi Sumatera Selatan.
Baca Juga : Peluang Bisnis Modal Kecil dengan Kerupuk Kulit Ikan
Namun seiring berkembangnya persaingan, permintaan yang masuk untuk produknya semakin berkurang. Tahun 2004, menjadi titik nadir Ce Eva dalam menghadapi pelemahan penjualan yang harus dihadapi usaha kemplangnya.
Tidak ada cara lain, Ce Eva harus mengambil langkah strategis dalam menjalankan usaha kemplangnya atau usahanya harus berhadapan dengan masalah kebangkrutan. Ce Eva mulai menjajal beberapa cara mempertahankan usaha home industri ini.
Salah satunya dengan mulai menjajal beragam ide anyar untuk menyajikan kerupuk yang berbeda dari kebanyakan kemplang yang biasa beredar di Palembang. Untuk itu Ce Eva rela mengeluarkan sejumlah uang untuk memulai uji coba produknya.
Beruntungnya, Ce Eva masih dalam bimbingan Balitbangnovda sehingga usaha kemplangnya ini mendapat bantuan untuk terus mengembangkan usaha, termasuk dengan mengarahkan Ce Eva mengikuti beragam pelatihan dan membantu proses ujicoba untuk menemukan sajian kemplang yang berbeda dan inovatif.
Dari uji coba ini, Ce Eva berhasil menemukan beberapa produk kerupuk kemplang inovasi seperti pada kemplang dengan bumbu sambal rasa bareque dan kerupuk dengan aneka tepung rasa seperti rasa jagung bakar.
Tak berhenti di sini inovasi yang berhasil dicapai oleh Ce Eva, berbekal beberapa pelatihan yang pernah dijalankan, Ce Eva menjajal ide kemplang dengan bahan sayuran.
Ketertarikan masyarakat akan penganan berbahan sayur menjadi alasan Ce Eva menjajal ide unik ini. Pada awalnya Ce Eva terkonsentrasi pada produk kemplang berbahan wortel dan seledri karena bahan-bahan ini lebih mudah didapat di pasar.
Rupanya pilihan terakhir ini malah mendapat banyak perhatian dari pasar. Ide unik memadukan rasa kemplang klasik dengan aroma ikan dan bahan sayuran lengkap dengan warnanya yang memikat membuat kerupuk kemplang sayuran ini justru diminati. Lagipula dengan tambahan sayuran, otomatis kerupuk kemplang menjadi lebih bernutrisi, sehat dan kaya serat.
Untuk membuat kerupuk kemplang sayuran, Ce Eva memadukan bahan kemplang konvensional dengan parutan sayuran segar. Karena sayur mengandung lebih banyak air, biasanya adonan kerupuk dikurangi takaran airnya.
Dari adonan tersebut, Ce Eva membuat kerupuk kemplang dengan 14 model seperti model batok, sangku, kuncit, kipas, bulat dan sebagainya.
Masalah sempat muncul dari adonan kerupuk kemplang sayuran karena sifanya yang lebih berair dan tidak mudah kering. Kini untuk mengakali kelemahan ini, Ce Eva menggunakan pengeringan menggunakan oven sehingga dapat memaksimalkan pengeringan dengan menggunakan sinar matahari. Hasil pengeringan malah menjadi lebih sempurna dan membuat kerupuk lebih awet.
Biaya yang meningkat untuk proses pengeringan diimbangi dengan harga jual yang bisa dibandrol lebih baik dari kemplang konvensional. Kerupuk kemplang sayuran ini dibandrol dengan harga Rp 55 ribu perkilogramnya untuk jenis kerupuk mentah dan Rp 70 ribuan untuk jenis kerupuk matang.
Pada awalnya, memang tak mudah mengenalkan ide anyarnya ini kepasar. Beruntung pada satu kesempatan Ce Eva diajak mengikuti pameran asset daerah yang dijalankan oleh PT Sriwijaya. Dari pameran inilah permintaan kerupuk kemplang sayur mulai mendapat perhatian.
Perlahan tapi pasti, permintaan kerupuk yang diterima Ce Eva tiap bulannya semakin meningkat. Bahkan setelah berjalan 10 tahun kini Ce Eva mengaku bisa menerima permintaan sampai 60 kg tiap bulan. Malah pada musim liburan permintaan bisa meningkat 1,5 kali lipat.
Menurut Ce Eva, tak kurang dari 2 juta tiap hari berhasil dikeruk oleh pemilik merek kemplang Palembang Eva Yunus ini. Malah dalam satu bulan setidaknya Ce Eva bisa menghasilkan keuntungan bersih sekitar 40 jutaan. Omset yang besar untuk usaha yang hanya dikelola dari rumah ini.
Usaha home industri satu ini sejak awal memang dijalankan hanya dari dapur rumah Ce Eva yang dikembangkan untuk memenuhi kapasitas usaha. Ce Eva memilih untuk mengembangkan usaha home industri karena ingin bisa tetap total dalam menjalankan fungsinya sebagai ibu.
Usaha home industri nyatanya juga bisa berkembang menjadi usaha yang sukses bahkan menghasilkan keuntungan besar hingga puluhan juta. Dari usaha rumahan kecil-kecilan yang dirintisnya di tahun 1990, kini Ce Eva sudah memiliki 15 karyawan tetap yang siap memproduksi tak kurang dari puluhan kilo kerupuk kemplang tiap harinya.
(sumber gambar artikel usaha home industri : www.tumbusapa.com)