usaha kedai kopiDi tengah gempuran trend kopi ala café yang bergaya modern dan bernuansa premium, Anda bisa temukan segelintir orang yang masih berupaya mengembangkan bisnis café ala kampung alias usaha kedai kopi sederhana. Dan siapa yang sangka dari usaha kedai kopi macam ini mereka masih bisa mereguk hasil yang memuaskan.

Bapak Winarno, demikian seorang pria paruh baya ini biasa disapa. Setelah menekuni profesi sebagai karyawan sebuah bank swasta di kota Semarang, rupanya pria ini mulai menemukan kejenuhan. Dan pada akhirnya 4 tahun lalu pria ini memilih keluar dari pekerjaan tetapnya, disaat kejenuhannya sudah mencapai puncaknya.

Baca Juga : Cari Peluang Usaha Minuman Jus Buah? Baca Dulu Ini

Pria ini kemudian memilih pulang ke kampung halamannya di Blora dan mulai mencari akal mengenai ide usaha apa yang layak dijajal. Sementara itu di tangannya kini sudah siap dana sekitar 70 juta yang diperolehnya dari pesangonnya selama sebagai karyawan.

Dan sebuah ide muncul ketika satu waktu Winarno mendapatkan kiriman kopi khas Sumatera yang dirasanya sangat lekat dan keras. Kopi khas Lampung ini didapatnya dari kiriman seorang rekannya semasa sekolah. Karena merasa terlalu keras, Winarno mencampur kopi Lampung ini dengan kopi jawa biasa yang mudah dia temui dari penjaja kopi bubuk giling di kotanya.

Di saat yang sama, Winarno sempat berdiskusi dengan penjual kopi bubuk giling di kotanya mengenai efek rasa penggunaan kayu bakar dalam proses sangrai kopi dibandingkan dengan sekedar di roasting biasa dalam oven atau di sangrai dengan kompor gas.

Dari sanalah terbersit ide untuk membuat kopi racikan sendiri dengan menjajal ide-ide yang muncul di kepalanya. Jadilah Winarno menjajal mengoplos kopi khas lampung dengan kopi jawa yang sebelum digiling, disangrai dengan kayu bakar yang terbuat dari kayu jati.

Hasil racikannya ini dia sajikan pada beberapa rekannya dan diakui memang racikan unik ini menghasilkan rasa yang lebih memikat di lidah. Tidak lekat sebagaimana kopi asal Sumatra tetapi juga terasa aroma sangit yang segar hasil proses sangrai dengan kayu jati. Inilah awal mula akhirnya Winarno melihat ini bisa jadi ide besar untuk usaha barunya. Dan lahirlah ide usaha kedai kopi yang kini sudah dijalankan Winarno selama 4 tahun.

Langkah awalnya adalah menyewa sebuah lahan di area yang tergolong, dekat dengan pasar dan dekat dengan area perkantoran dan area sekolah. Dilokasi ini Winarno membangun beberapa gubuk kecil yang ditata sederhana dengan gaya ala lesehan.

Kemudian Winarno sengaja memesan kopi khas Sumatera dari salah seorang rekannya. Bukan lagi kopi bubuk, tetapi kopi bijian yang masih utuh dan segar, alias belum disangrai. Di sini Winarno sendiri yang melakukan sangrai terhadap kopi Sumatera dan kopi jawa yang digunakannya dengan menggunakan kayu jati. Biasanya kayu jati ini didapatnya dari tukang-tukang bangunan dengan memanfaatkan sisa kayu dari pembuatan pintu dan jendela.

Winarno akui modal usahanya hanya sekitar 28 jutaan. Ini sudah termasuk biaya sewa lahan, pembangunan gubuk beserta isinya dan pengiriman kopi Sumatera alias kopi Lampung dan kopi Jawa dalam bentuk bijian mentah menuju Blora. Winarno juga menyediakan tungku besar, kuali khusus dari tanah liat berukuran besar untuk proses sangrai dan peralatan giling kopi.

Baca Juga : Ini Dia Potensi Tersembunyi Dari Usaha Ice Cream Keliling

Khusus untuk yang terakhir, Winarno sengaja memilih jenis penggiling kopi modern untuk hasil kopi bubuk yang lebih padat, halus dan konsisten. Karena dengan kualitas bubuk yang baik akan menghasilkan kopi dengan rasa yang lebih kuat dan akan menggoda mereka penggemar kopi di kota Blora ini.

Diakui Winarno, diawal usaha sulit sekali menarik minat pasar. Tetapi Winarno tak habis akal, dengan sisa modal pria ini mempromosikan usaha kedai kopi unik ini melalui radio-radio lokal yang ada di kota Blora. Pelan tapi pasti, upaya yang memakan biaya sekitar 2 jutaan ini tampak berhasil menghimpun pembeli.

Terbukti dalam tempo 5 hari pasca pemasangan iklan radio, usaha kedai kopi Winarno mulai dipadati pembeli. Tak hanya dari kalangan dewasa seperti karyawan atau pekerja, tetapi juga kalangan anak sekolah dan remaja.

Tak berhenti sampai disana, Winarno menjajal beberapa racikan kopi lain dengan bahan baku utama kopi buatannya, seperti membuat kopi talua, kopi kacang ijo dan kopi jahe. Winarno juga menyediakan beberapa kopi kemasan instant sesuai permintaan beberapa konsumennya.

Winarno juga memasang sistem speaker dengan kualitas baik dalam usaha kedai kopi miliknya. Dengan speaker ini Winarno memasang aneka jenis musik favorit kalangan muda saat ini. Ini membuat suasana usaha kedai kopinya terasa lebih hangat dan terkesan lebih menyentuh gaya anak muda. Meski membuat Winarno harus merogoh kocek lebih dalam untuk usaha kedai kopi miliknya ini.

Tetapi upayanya memang tidak percuma, terbukti dalam beberapa bulan saja usaha kedai kopi milik Winarno sudah bisa mencetak omset sekitar 8 jutaan dan terus menunjukan progress baik pada bulan-bulan berikutnya. Kini setelah 4 tahun berjalan, usaha kedai kopi murah milik Winarno mampu menghasilkan omset hingga belasan juta bahkan mencapai 20-an juta tiap bulannya.

(sumber gambar usaha kedai kopi : www.telegraph.co.uk)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here